MAKALAH
POP
KONFLIK DALAM ORGANISASI
Dosen:
Ust Aban
OLEH :
Yandri syafi’i
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM LUQMAN AL-HAKIM
PONPES HIDAYATULLAH SURABAYA
T.A 2014/2015
DAFTAR ISI
Daftar
isi….
Dafatar isi 2
Pendahuluna 3
Hakikat konflik 3
Perubahan pandangan tentang
konflik 4
Konflik fungsional
dan disfungsional 5
Hubungan konflik
dan prestasi 5
Jenis-jenis konflik dalam
organisasi 6
Tahap-tahap dalam
organisasi 8
Sumber konflik 9
Dampak konflik terhadap prilaku
organisasi 11
Mengelola konflik
terhadap kelompok 13
Menciptakan
konflik yang bersifat fungsional 14
Kesimpulan 15
Daftar pustaka 16
Pendauluan
Dalam menghadapi
era globalisasi ini, organisasi perlu meningkatkan kinerjanya agar mampu
bersaing dalam banyak konteks, yang bermakna adalah kapasitas untuk berubah
dari sebuah organisasi penting sekali. Dikarenakan individu adalah segalanya
bagi perkembangan organisasi, mungkin bisa kita bawa organisasi tanpa individu
adalah suatu kebohongan belaka atau tidak mungkin. Dari hal ini maka kita lihat mengenai sebagian
sifat dan pemikiran individu yang harus dimiliki demi terujudnya suatu
organisasi yang baik. Walaupun tanpa meniadakan komponen-komponen lain seperti
teknologi. Kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari organisasi. Setiap hari kira berhubungan dan terlibat
dengan organisasi dan hidup kita dipengaruhi dan mempengaruhi organisasi dalam
derajat yang berbeda-beda. Organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu
kelompok individu bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Organisasi
lebih dari sekedar alat untuk menyediakan barang dan jasa tetapi juga
menyediakan lingkungan dimana sebgaian besar dari kita menghanbiskan hidupan.
A. Hakikat Konflik
Orang-orang dan kelompok
di dalam organisasi mengembangkan keahlian dan pandangan yang berbeda tentang
pekerjaannya atau tugasnya dan pekerjaannya atau tugas kelompok yang lain.
Ketika interaksi di antara mereka terjadi maka konflik menjadi untuk muncul.
Konflik di dalam
organisasi dapat menimbulkan konsekuensi positif dan negatif. Dapat mendorong
organisasi, kreativitas dan adaptasi. Organisasi tidak berkembang bisa juga
karena pimpinan terlalu berkuasa diri, sehingga kurang peka terhadap perubahan
dari faktor lingkungan internal, tidak ada perbedaan pendapat maupun gagasan
baru. Sekalipun beberapa konflik terjadi bermanfaat bagi kemajuan organisasi,
akan tetapi konflik yang sering terjadi dan muncul kepermukaan adalah konflik
yang bersifat disfungsional. Konflik seperti itu dapat menurunkan
produktifitas, menimbulkan ketidak puasan, meningkatkan ketegagan dan stres
dalam organisasi.
B. Perubahan Pandangan
Tentang Konflik
l
Pandangan tradisonal
Pandangan tradisional
tentang konflik antarkelompok terjadi antara tahun 1930 dan tahun 1940an. Pandangan
ini menganggap bahwa semua konflik adalah berbahaya dan oleh karenanya harus
dihindari. Konflik dilihat sebagai hasil disfungsional sebagai akibat dari
buruknya komunikasi, kurangnya keterbukaan dan kepercayaan diantara angota
organisasi, dan kegagalan manajer untuk memberikan respon atas kebutuhan dan
aspirasi dari pekerja.
l Pandangan
aliran hubungan manusiawi
Pandangan aliran manusiawi menganggap bahwa
konflik adalah sesuatu yang lumbrah dan terjadi secara alami dalam setiap
kelompok dan organisasi. Karena keberadaan dari konflik dalam organisasi tidak
dapat di hindari, maka aliran hubungan manusiawi mendukung penerima dari
konflik tersebut dan menyadari adakalanya konflik tersebut bermanfaat bagi
prestasi suatu kelompok.
Mendominasikan teori tantang konflik pada
akhir tahun 1940-1970.
l Pandangan
interaksionis
John Aker dari IBM menjelaskan pandangan baru
tentang konflik yang disebut sebagai persepektif interaksionis. Kalau
pendekatan aliran hubungan manusiawi menerima keberadaan dari konflik, maka
pendekatan interaksionis mendorong konflik pada keadaan yang “hormanis”, tidak
ada perbedaan pendapat yang cenderung menyebabkan organisasi menjadi statis,
apatis, dan tidak tanggap terhadap kebutuhan dan inovasi. Sumbangan utama dari
pendekatan interaksional adalah mendorong pimpinan organisasi untuk salalu
mempertahankan tingkat konflik yang optimal agar mampu menimbulkan semangat dan
kreativitas kelompok.
C.
Konflik fungsional
dan disfungsional
l Konflik
Fungsional
Konflik
fungsional berkaitan dengan pertentangan antar kelompok yang terjadi bermanfaat
bagi peningkatan efektivitas dan prestasi organisasi. Dari hasil studi
menemukan bahwa konflik tidak hanya membantu tetapi juga merupakan suatu
kondisi yang di perlukan untuk menumbuhkan adanya kreativitas. Kelompok yang
angotanya hiterogen menimbulkan adanya suatu perbedaan pendapat yang
menghasilkan solusi yang lebih baik dan ide yang lebih kreatif. Dari hasil
studi tentang proses pengambilan keputusan kelompok telah mengarahkan teori
pada suatu kesimpulan bahwa konflik dapat menghasilkan banyak manfaat positif
bagi organisasi jika dikelola dengan baik (Cherrington.1989). Konflik fungsional
dapat mengarah pada penemuan cara yang lebih efektif untuk menyelesaikan diri
dangan tuntunan perubahan lingkungan, sehingga organisasi dapat hidup terus dan
berkembang.
Pada ringkat
individu, komflik dapat menciptakan sejumblah akibat yang diinginkan. Individu
memerlukan rangsangan dan goncangan pada suatu tingkat tertentu, agar merasa
antusias terhadapa pekerjaannya. Dalam batas-batas tertentu, konflik dapat
meninmbulkan ketegangan yang memotivasi seseorang untuk bertindak. Penyaluran
dari ketegangan tersebut dapat menimbulkan adanya prestrasi kerja dan kepuasan
yang diinginkan, bagaimana juga konflik harus dibatasi atau memiliki tingkat
intensitas yang tepat. Jika, tidak, maka akan terjadi konsekuensi yang
disfungsional.
l Konflik
Disfungsional
Konflik disfungsional
berkaitan dengan pertengkaran atara kelompok yang merusak atau menghalangi
pencapaian organisasi/kelompok. Sebagai organisasi dapat menagani dan mengelola
konflik yang terjadi sehingga memiliki dampak yang fungsional. Akan tetapi,
sebagai besar organisasi mengalami konflik pada tingkat yang lebih besar dari
yang diinginkan (yang fungsional), dan prestasi akan membaik jika konflik yang
terjadi dapat dikurangi.
D.
Hubungan
Konflik Dengan Prestasi Kerja
Banyak orang secara otomatis menganggap bahwa konflik berkaitan
dengan rendahnya prestasi kelompok atau organisasi. Ketika tingkat konflik yang
terjadi terlalu rendah, maka prestasi rendah karena kurangnya dorongan dan
rangsangan. Orang merasakan lingkungannya terlalu menyenangkan dan nyaman,
apatis dan terjadi adanya stagnasi. Jika mereka tidak dihadapkan pada tantangan
mereka tidak akan mencari cara-cara atau ide-ide baru, dan organisasi lambat
beradaptasi dengan perubahan dari faktor lingkungan eksternal. Di sisi lain
ketika tingkat konflik yang terjadi sagat tinggi, prestasi rendah karena
kurangnya koordinasi dan kerjasama. Organisali dalam keadaan kacau beliau,
dimana masing-masing orang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
mempertahankan/membela dirinya dan menyerang kelompok lain dari pada melakukan
tugas-tugas yang produktif.
E.
Jenis-Jenis
Konflik Dalam Organisasi
1.
Konflik dalam diri seseorang
Seseorang
dapat mengalami konflik internal dalam dirinya karena dia harus memilih tujuan
yang saling bertentangan. Ia bimbang mana yang harus dipilih atau dilakukan.
Konflik dalam diri seseorang dapat terjadi karena tuntuta tugas yang melebihi
kemampuan.
2.
Konflik Antarindividu
Konflik antarindividu terjadi seringkali
disebabkan adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan, dan tujuan dimana
hasil bersama sangat menentukan.
3.
Kelompok Antarangota Kelompok
Suatu kelompok
dapat mengalami konflik subtantif atau konflik efektif. Konflik subtantif
adalah konflik yang terjadi karena latar belakang keahlian yang berbeda. Jika
angota dari sebuah komite menghasilkan kesimpilan yang berbeda atas data yang
sama dikatakan kelompok tersebut mengalami konflik subtantif. Sendangkan
konflik efektif yang terjadi didasarkan atas tanggapan emosional terhadap suatu
situasi tertentu.
4.
Kelompok Antarkelompok
Konflik antarkelompok yang terjadi karena
masing-masing kelompok ingin mengejar kepentingan atau tujuan kelompoknya
masing-masing.
5.
Konflik intraorganisasi
Konflik intraorganisasi meliputi
empat subtansi,
a.
Konflik vertical terjadi antara
manjer dengan bawahan yang tidak sependapat tentang cara terbaik untuk
menyelesaikan cara suatu tugas.
b.
Konflik horizontal terjadi antara
karyawan atau depertemen yang memiliki hirarkhi yang sama dengan organisasi.
c.
Konflik lini-staf yang sering
terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang keterlibatan staf (staf ahli)
dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer lini.
d.
Konflik peren dapat terjadi karena
seseorang memiliki lebih dari satu peran yang saling bertentangan.
6.
Konflik Antarorganisasi
Konflik bisa
juga terjadi antarorganisasi karena mereka memiliki saling bergantungan satu sama
lain terhadap pemasuk, pelanggan, maupun distributor. Seberapa jauh konflik
terjadi tergantung kepada seberapa besar tindakan suatu organisasi menyebabkan
adanya dampak negatif terhadap organisasi yang lainnya. Atau mencoba mengembalikan
sumber-sumber vital organisasi.
F.
Tahapan-Tahapan
Konflik Dalam Organisasi
1.
Konflik yang bersifat laten
Konflik yang
terjadi tidak seketika, tetapi potensi untuk munculnya konflik dalam organisasi
tetap ada yaitu bersifat laten, oleh karena operasi organisasi itu sendiri.
Menurut model ini, bahwa konflik yang terjadi dalam organisasi karena adanya
deferensisi secara vertical dan horizontal, yang mengarah pada pembentukan
subunit yang berbeda dengan tujuan yang berbeda dan bahkan seringkali dengan persepsi
yang berbeda tentang cara terbaik untuk mencapai tujuan.
2.
Konflik dipersepsiskan
Konflik
terjadi ketika suatu kelompok atau subunit menganggap mempunnyai persepsi bahwa
tujuannya mulai dihilangkan oleh tindakan kelompok yang lain.
3.
Konflik yang dirasakan
Subunit atau
kelompok yang sedang mengalami konflik dengan cepat mengembangkan tanggapan
emosional kearah satu sama lainnya. Khususnya subunit yang memiliki hubungan
dekat dan mengembangkan suatu pertentangan secara mental dan menyalahakan
subunit atau kelompok lain.
4.
Konflik yang dimanifentasikan
Konflik model
pondy terjadi jika suatu subunit kembali mencoba untuk menghalangi tujuan dari
subunit yang lain. Wujud dari konflik pada tahap keempat ini bisa
bermacam-macam. Agesi secara terbuka atarkelompok yang mengalami konflik adalah
yang paling sering terjadi. Pengelolaan yang terjadi pada para pucuk pimpinan
sering terjadi karena seseorang berupaya mempromosikan dirinya sendiri untuk
mengorbankan orang lain dalam organisasi tersebut.
5.
Ekor konflik
Cepat atau
lambat konflik dalam organisasi akan teratasi dengan beberapa cara, seringkali
melalui keputusan yang diambil oleh manajer senior/ manajer puncak. Demikian
pula jika sumber konflik tidak diatasi maka cepat atau lambat perselisihan dan
permasalahan yang menyebabkan konflik akan muncul kembali dalam kontek yang
berbeda.
Setiap tahapan
dari konflik meninggalkan buntut konflik
berpengaruh terhadap cara masing-masing
kelompok bereaksi terhadap kelompok yang mungkin akan terjadi dimasa yang kan
datang. Jika konflik dapat dipecahkan sebelum mencapai tahap konflik
manifestasi, maka buntut konflik akan meningkatkan hubungan kerja yang baik
dimasa yang akan dating.
G.
Sumber-sumber
konflik
1.
Saling
Ketergantungan Tugas
Masing-masing
subunit atau kelompok dalam organisasi mengembangkan suatu keinginan untuk
memperolah otonomi mulai mengejar tujuan dan kepentingannya masing-masing. Oleh
karena itu adanya saling ketergantungan aktivitas dari masing-masing subunit,
dan masing-masing subunit mengiginkan adanya otonomi maka menyebabkan
terjadinya konflik dalam organisasi.
Ada tiga
ketergantungan yang diidetifikasikan yaitu:
a.
Ketergantungan Yang Dikelompokan
Ketergantungan
yang dikelompokkan terjadi jika masing-masing kelompok dalam melakukan
ativitasnya tidak tergantung antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya,
akan tetapi prestasi yang dikelompokkan akan menentukan prestasi organisasi
secara menyeluruh. Potensi timbulnya konflik dengan adanya ketergantungan yang
dikelompokkan relatif rendah.
b.
Ketergantungan berurutan
Ketergantugan
berurutan terjadi jika suatu kelompok baru dapat memulai tugasnya jika kelompok
yang lainnya telah menyelesaikan tugasnya. Ketergantugan seperti ini sangat
potensial menimbulkan adanya konflik.
c.
Ketergantungan timbal balik
Ketergantugan timbal
balik terjadi jika prestasi kelompok saling tergantung antara kelompok yang
satu dengan kelompok yang lainnya. Seperti berbagai unit dalam lembaga rumah
sakit: bagian rentegen, bagian laboratorium, bagian kebinadan, dan bagian
anesthesia semuanya tergantung pada keahlian satu sama lain salam menyembuhkan
pasien.
2.
Perbedaan
Tujuan Dan Prioritas
Perbedaan
organisasi dari masing-masing kelompok atau kelompok mempengaruhi cara dari
masing-masing subunit atau kelompok mengejar tujuannya, sering kali tujuan dari
masing-masing subunit atau kelompok tersebut saling bertentangan.
3.
Faktor
Birokratik (Lini-Staff)
Jenis konflik
birokratik yang bersifat klasik adalah konflik antara fungsi atau wewenang
garis dan staf. Fungsi atau wewenang garis adalah terlibat secara langsung
dalam menghasilkan keluaran organisasi. Manajer lini atau garis mempunyai
wewenang dalam proses pengambilan keputusan dalam lingkup bidang fungsionalnya.
Sedangkan fungsi adalah memberikan rekomendasi atau saran dan tidak berhak
mengambil suatu keputusan. Dibeberapa organisasi orang-orang yang berada dalam
fungsi lini menggap dirinya sebagai sumber organisasi yang menentukan
orang-orang yang berada dalam fungsi sataff sebagai pemain kedua.
4.
Kriteria
penilaian prestasi yang saling bertentangan
Kadang kala
konflik antarsubunit atau kelompok dalam organisasi tidak disebabkan oleh
karena tujuan yang saling bertentangan, tetapi karena cara organisasi dalam
menilai prestasi yang dikaitkan dengan perolehan imbalan membawanya kepada
konflik.
5.
Persaingan
terhadap sumberdaya yang langka
Persaingan dalam memperebutkan sumberdaya
tidak akan menimbulkan konflik
manakala sumberdaya yang tersediam melimpah sehingga masing-masing subunit
dapat memanfaatkannya sebagaimana yang dibutuhkannya. Sumberdaya yang peling
sering mnimbulkan konflik dalalm organisasi adalah sumberdaya keuangan karena
sumberdaya tersebut pada sebagian besar organisassi adalah sumberdaya yang
langka.
6.
Sikap
Menang-Kalah
Ada sejumlah kondisi yang
memungkinkan terjadinya sikap menag-kalah;
a.
Jika satu kelompok hanya mengejar
kepentingannya saja.
b.
Jika kelompok tertentu mencoba
untuk meningkatkan kekuasaan posisinya.
c.
Jika kelompok tertentu menggunakan
ancaman untuk mencapai tujuannya.
d.
Jika kelompok tertentu selalu
berusaha untuk mengeksploitasi kelompok yang lainnya
e.
Jika kelompok tertentu berusaha
mengisolasi kelompok yang lain.
H.
Dampak Konflik
Terhadap Perilaku Kelompok
1.
Perubahan
perilaku yang terjadi interen kelompok itu sendiri
a.
Menigkatkan kehesivitas atau
kepaduan
Konflik,
persaingan, maupun ancaman dari luar biasanya menyebabkan anggota kelompok
mengesampingkan adanya perbedaan-perbedaan diantara mereka. Angota kelompok
menjadi lebih loyal terhadapa kelompoknya dan lebih terikat pada tujuan
kelompoknya. Begitu juga norma-norma kelompok pada umumnya lebih dihormati.
b.
Menigkatkan loyalitas
Ketika suatu
kelompok mendapatkan ancaman dari kelompok yang lainnya, maka masing-masing
anggota kelompok dituntut untuk meningkatkan loyalitasnya. Pengorbanan pribadi
dari anggota kelompok sangat dihargai dan diharapkan oleh kelompoknya.
c.
Meningkatkan kepemimpinan yang
bersifat otokratis
Di dalam situasi yang normal, gaya
kepemimpinan demokratis yang lebih disukai karena dengan kepemimpinan
demokratis memungkinkan anggota kelompok berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan dan untuk memuaskan kebutuhan akan keterlibatan dan
afiliasi. Akan tetapi dalam situasi konflik yang cukup berat, gaya kepemimpinan
yang demokratis dianggap tidak efektif dan terlalu banyak memakan waktu.
d.
Orentasi aktivitas
Konlompok yang
sedang mengalami konflik cenderung memfokuskan dirinya pada pencapaian tujuan
kelompoknya. Anggota kelompok sangat peduli terhadap tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
e.
Penilaian berlebihan
Persebsi
anggota kelompok menjadi cacat karena mereka cenderung menilai kelompoknya
secara berlebihan dan merendahkan prestasi lawannya.
2.
Perubahan yang
terjadi diantara kelompok
a.
Menurunnya komunikasi
Ketika kelompok sangat membutuhkan komunikasi
yang bersifat terbuka, agar menungkinkannya untuk berdiskusi memecahkan
permasalahan untuk menyelesaikan konflik, proses komunikasi menjadi tegang. Seringkali
komunnkasi di antara kelompok terus menurun sampai tidak mau berkomunikasi sama
sekali.
b.
Penyimpangan persepsi
Konflik
menciptakan kecurigaan dan menjauhkan seseorang dari persepsi yang bernar
terhadap kelompok lawan. Prestasi dan keberhasilan dari kelompok lain atau
lawan sering kali diremehkan.
c.
Stereotip yang negatif
Anggota dari
suatu kelompok cenderung menciptakan persepsi yang negatif terhadap kelompok
lawan.
I.
Mengelola
Konflik Antarkelompok
1.
Strategi penghindaran
a.
Mengabaikan konflik
Jika konflik
yang terjadi tidak begitu berat dan berbahaya, pimpinan biasanya mengabaikannya
dan seakan-akan konflik tersebut tidak ada.
b.
Pemisahan secara fisik
Jika dua
kelompok bermusahan secara fisik dipisahkan maka permusuhan dan agresi secara
terbuka dapat dikurangi.
2.
Strategi intervensi kekuasaan
a.
Menggunakan perintah otoritatif dan
penerapan peraturan
Jika konflik
yang terjadi terlalu besar untuk diabaikan, maka manajer atau pempinan yang
lebih tinggi dapat mengendalikan atau menyelesaikan konflik dengan mengunakan
perintah otoritatif. Pemimpin diatas juga dapat menerapkan pereturan dan
prosedur yang membatasi konflik pada tingkat yang dapat diterima.
b.
Manuver politik
Dua kelompok
yang mengalami konflik dapat memutuskan untuk mengahiri konflik dengan
melakukan manuver-manuver pilitik dimana masing-masing kelompok mencoba untuk
menghimpun kekuatan untuk memaksa kelompok yang lain. Pihak yang kalah akan
merasa dendam dan terus menentang pihak yang menang.
3.
Strategi penggembonsan
a.
Pelunakan
Proses
pelunakan dilakukan dengan cara menonjolkan kesamaan-kesamaan dan kepentingan
bersama di antara kelompok-kelompok yang sedang mengalami konflik, dan
sebaliknya memperkecil perbedaan-perbedaan di antara mereka.
Sekalipun
pelunakan mampu, untuk menyadarkan kelompok tentang tujuan bersama mereka, hal
ini hanyalah penyelesaian yang bersifat sementara karena cara ini tidak
menyelesaikan sumber yang melandai konflik.
b.
Kompromi
Kompromi di
antara kelompok yang mengalami konflik melibatkan tawar-menawar atas masalah
penyebab konflik, dan masing-masing pihak dibutuhkan adanya fleksibalitas.
Pemecahan konflik dengan strategi kompromi nanpaknya tepat jika yang menjadi
sumber konflik adalah masalah keuangan atau anggapan.
c.
Mengidentifikasi musuh bersama
Jika dua
kelompok mengalami konflik mengahadapi musuh bersama, maka mereka seringkali
mengembangkan kepaduan diantara mereka untuk memperkuan posisinya dalam
menghadapi musuh bersama tersebut. Akan tetapi apabila musuh bersama sudah
tidak ada maka konflik akan mencul kembali.
4.
Strategi resolusi
a.
Interaksi antarkelompok
Karena salah
satu sebab timbulnya konflik adalah menurunkan komunukasi dan interaksi di
antara kelompok yang sedang mengalami konflik, nampaknya dengan meningkatkan
interaksi dan kontak di antara mereka akan dapat menurunkan konflik yang
terjadi.
b.
Tujuan yang lebih tinggi
Dengan
menetapkan tujuan yang lebih tinggi/penting diharapkan merupakan motivasi yang
kuat bagi kelompok untuk mengatasi perubahan di antara mereka dan meningkatkan
kerjasama.
c.
Penyelesaian masalah
Penyelesaian
masalah secara bersama merupakan strategi resolusi yang efektif jika kelompok
yang sedang mengalami konflik memusatkan perhatiannya pada permasalahan yang
menjadi sumber konflik, dan bukan pada argumentasi tentang siapa yang bernar
atau siapa yang salah.
d.
Mengubah struktur
Konflik
seringkali timbul karena struktur organisasi. Terbentuknya terbentuknya
bagian-bagian atau departeman-departeman dalam organisasi seringkali masing-masing
departeman hanya mengejar jutuan masing-masing.
J.
Menciptakan
Konflik Yang Bersifat Fungsional
Ada tiga yang
dapat untuk menciptakan adanya konflik yang fungsional yaitu:
a.
Menciptakan persaingan
Lingkungan
bersaing dapat diciptakan dengan menawarkan imbalan kepada individu atau
kelompok yang mencapai prestasi yang terbaik, imbalan yang ditawarkan harus
cukup menarik dan dapat bermotivasi pada prestasi yang tinggi, dan bagi mereka
yang kalah tidak merasa kecawa dan frustasi.
b.
Mengubah struktur organisasi
Struktur
organisasi dapat dirancang untuk mendorong timbulnya konflik atau mengurangi
tingkat konflik yang terjadi.
c.
Mendapatkan ahli dari luar
Kejadian
promosi dari dalam kadang kala dikecam sebagai “kawin sedarah” karena manajer
yang baru cendrung mengikuti pola dari manajer yang lama dan kurang memberikan
gagasan-gagasan baru. Dengan mendapatkan ahli dari luar biasanya akan menyebabkan
adanya suasana baru, pandangan-pandangan baru yang membawa kepada situasi konflik
yang bersifat fungsional.
Kesimpulan
Orang-orang dan kelompok di dalam
organisasi mengembangkan keahlian dan pandangan yang berbeda tentang
pekerjaannya atau tugasnya dan pekerjaannya atau tugas kelompok yang lain.
Ketika interaksi di antara mereka terjadi maka konflik menjadi untuk muncul.
Banyak orang secara otomatis
menganggap bahwa konflik berkaitan dengan rendahnya prestasi kelompok atau
organisasi. Ketika tingkat konflik yang terjadi terlalu rendah, maka prestasi
rendah karena kurangnya dorongan dan rangsangan.
Jenis-Jenis Konflik Dalam Organisasi
Konflik dalam
diri seseorang
Konflik Antarindividu
Kelompok Antarangota Kelompok
Kelompok Antarkelompok
Konflik intraorganisasi
Konflik Antarorganisasi
Daftar Pustaka
Indriyo
Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita 2000, Prilaku Keorganisasian. BPFEE-YOGYAKRTA
j. Winardi,
2009, Manajenen Perilaku Organisasi. Fajar interpratama offset, Jakarta
- Google Buzz
- Orkut
- Stumbleupon
- Delicious
- Bitacoras
0 komentar:
Posting Komentar