Antara Hidayatullah dan Ikhwanul Muslimin

MAKALAH
WAWASAN PERGERAKAN ISLAM
“Antara Hidayatullah dan Ikhwanul Muslimin”
Dosen: Drs. Mohamad Nur Fuad, M.A



Oleh:
Yandri syafi'i
Prodi: Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
Jurusan: Tarbiyah

STAI Luqman Al-Hakim Hidayatullah Surabaya T.A 2014/2015
Latar Belakang
A.    Hidayatullah
Hidayatullah adalah salah satu Ormas islam yang ada di Indonesia sebagaimana NU (Nahdatul Ulama) dan Muhammadiyah. Hidayatullah sendiri didirikan pada tanggal 17 Januari 1973 / 2 Dzulhijjah 1392 H di Balikpapan dalam bentuk yayasan sebuah pesantren, oleh Ust. Abdullah Said (alm). Dari sebuah bentuk pesantren, Hidayatullah kemudian berkembang dengan berbagai amal usaha di bidang sosial, dakwah, pendidikan dan ekonomi serta menyebar ke berbagai daerah di seluruh provinsi di Indonesia. Melalui Musyawarah Nasional I pada tanggal 9–13 Juli 2000 di Balikpapan, Hidayatullah mengubah bentuk organisasinya menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas), dan menyatakan diri sebagai gerakan perjuangan Islam (Al-Harakah al-Jihadiyah al-Islamiyah) dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program utamanya.
Latar belakang didirikannya pesantren Hidayatullah secara garis besar,
terdiri dari 5 faktor, yaitu:
1.      Ingin mengamalkan islam secara utuh dan nyata sebagai kebutuhan dunia modern sekarang ini.
2.      Posis dan kualitasi umat islam diseluruh dunia sangat tidak menguntungkan.
3.      Harga dan nilai benda terlalu tinggi melebihi segalanya, jadi ancaman serius
4.      Ibadah ritual yang rutin kehilangan pamor, jadi hampa dan hambar.
5.      Dekadensi moral yang begitu bengis menjadi ancaman generasi muda.
Sebagai organisasi massa, keanggotaan Hidayatullah bersifat terbuka, demikian pula misi, visi, dan konsep dasar gerakannya. Hidayatullah menjadikan amal-amal usahanya bersifat otonom, dan berfungsi sebagai basis pendidikan dan perkaderan.
Hidayatullah merupakan wadah bagi komponen ummat Islam yang ingin mewujudkan idealismenya membangun masyarakat Islami dengan mengacu kepada metode/manhaj nubuwwah. Hidayatullah berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mutlak, karena itu segala urusan dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Agenda utama Hidayatullah adalah; pelurusan masalah aqidah, imamah dan jamaah (tajdid); pencerahan kesadaran (tilawatu ayatillah); pembersihan jiwa (tazkiyatun-nufus); pengajaran dan pendidikan (ta’limatul-kitab wal-hikmah) menuju lahirnya kepemimpinan dan ummat terbaik.
B.     Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul Muslimin adalah salah satu jamaah dari umat Islam yang mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Islam, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw, dan diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya. keyakinan yang bersih, pemahaman yang benar yang sesuai fikrahnya, syariah yang mengatur kehidupan sehari-hari dan juga dalam berpolitik.
Mereka berdakwah kepada Allah. Yang berlandaskan firman Allah Taala:

äí÷Š$#4n<Î)È@Î6yy7În/uÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ÏpsàÏãöqyJø9$#urÏpuZ|¡ptø:$#(Oßgø9Ï»y_urÓÉL©9$$Î/}Ïdß`|¡ômr&4¨bÎ)y7­/uuqèdÞOn=ôãr&`yJÎ/¨@|Ê`tã¾Ï&Î#Î6y(uqèdurÞOn=ôãr&tûïÏtGôgßJø9$$Î/ÇÊËÎÈ


Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S An-Nahl:125)

Ikhwanul Muslim didirikan oleh Hasan Al-Banna karena keperihatinannyaatas kondisi keimanan umat islam, jauh dari keimanan dan dijajah oleh para penguasa yang dzalim. Hasan Al-Banna sendiri adalah seorang Ulama sekaligus guru di Universitas Dar’al-Ulum, kairo. Beliau mengajar ilmu fiqih, tauhid, nahwu, hifdzil Qur’an, dan ilmu-ilmu lainnya. Beliau pun sering meluncurkan tulisan-tulisan yang bersumber dari hasil ceramah-ceramahnya, maupun kritik-kritiknya atas  pemerintahan Mesir. Diantara karya-karyanya adalah Allah fi al-‘Aqiqah al-Islamiyah (Allah menurut aqiqah islam), Ila al-Thulab ( Kepada para mahasiswa), Risalah al-‘Aqaidh ( Risalah akidah, dan masih banyak lagi karya-karya beliau yang ditulis oleh anggota Ikhwanul Muslim.
Pada bulan dzulhijah 1346 H (Maret 1928), Hasan Al-Banna didatangi oleh beberapa orang. Mereka adalah Hafidz Abdul Hamid, Ahmad Al-Husyairi, Fuad Ibrahim Ismail Izz, Al-Maghriby, dan Abdurrahman Hasbullah. Mereka menyatakan kesetiaan mereka kepada Al-Banna dan bermaksud menggabungkan diri kedalam sebuah perkumpulan yang dipimpin oleh Hasan Al-Banna. Dari pertemuan tersebut dimusyawarahkan nama sebuah organisasi, yang pada akhirnya disepakati menggunakan nama Ikhwanul Muslim. Dengan nama tersebut dimaksudkan agar mereka dapat bersatu padu dalam sebuah ikatan tali persaudaraan yang semata-mata mengabdi pada islam.
Tujuan pendirian
      A.     Hidayatullah
Nama Hidayatullah sendiri awalnya menggunakan nama: “Pondok Pesantren Pangeran Hidayatullah”, seperti yang terpampang di depan rumah Haji Muhammad Rasyid.  Papan nama ini cukup menantang  untuk membuka mata masyarakat Balikpapan bahwa di kota ini akan didirikan sebuah Pondok Pesntren yang pertama. Sengaja mengambil nama dari salah seorang Pahlawan Kalimantan, Pangeran Hidayatullah untuk menarik perhatian masyarakat Kalimantan. Namun setelah Buya Malik Ahmad memberi kritikan ketika bertamu bahwa nama ini terlalu kedaerahan. Tidak sesuai dengan cita-citamu yang ingin  mengembangkannya keluar daerah Kalimantan ini. Pakai Hidayatullah saja. Akhirnya Ustadz Abdullah Said segera mencabut papan nama itu  dan mengganti dengan nama “Pondok Pesantren Hidayatullah”.
Tujuan didirikannya Ormas hidayatullah adalah untuk Membangun peradaban Islam yan dimulai dari pesantren-pesantren yang menjadi benteng perlindungan dan pertahanan umat islam dari serbuan budaya asing yang mengganas selama ini dan melalui pesantren, keperibadian bangsa indonesia yang mayoritas umat islam akan tetap terpelihara dan terjaga.
Dalam situs Hidayatullah.or.id dijelaskan Visi misi Hidayatullah tahun 2005-2010:
Visi
“Menjadi organisasi tingkat nasional yang unggul dan berpengaruh, didukung jaringan yang loyal dan berkualitas”.
       Misi
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM.
2. Mengintensifkan pelayanan ummat melalui aktivitas pendidikan dan dakwah
3. Mewujudkan kemandirian ekonomi
4. Mendorong penegakan Islam pada tingkat individu, keluarga, dan masyarakat.

     B.     Ikhwanul Muslimin
Dari segi bahasa, Ikhwanul Muslim berasal dari dua  lafadz yaitu al-ikhwal yang merupakan bentuk jamak dari al-akh’ saudara atau persaudaraan sedangkan al-Muslimin yang merupakan  bentuk jamak dari muslimin yaitu orang-orang yang beagama islam atau atau orang-orang yang berserah diri, patuh, dan tunduk kepada Allah agar selamat dan sejahtera didunia dan akhirat.
Kehadiran Ikhwanul Muslim tidak terlepas dari kondisi masyarakat mesir yang kurang peduli terhadap pudarnya nilai-nilai islam. Para ulama tradisional di mesir, dinilai kurang dapat berbuat banyak untuk menghentikan kaum modernis, disamping mencela terhadap masalah bid’ah.
Faktor lain yang melatar belakangi berdirinya Ikhwanul Muslimin, yaitu masalah kekacauan dalam bidang pendidikan.
Dalam buku  Risalah pergerakan Ikhwanul Muslimin tujuan pendirian Ikhwanul Muslimin adalah untuk melakukan ishlahulumah (perbaikan masyarakat) dan tercermin didalamnya setiap unsur dari berbagai pemikirandalam rangka perbaikan. Ada delapan hal yang menjadi tujuan Ikhwanul Muslimin, yaitu:
1.      Dakwah salafiyah: karena mereka berdakwah untuk engajak kembali (kepada islam) kepada sumernya yang jernih dari kitab Allah dan sunah Rasulnya.
2.      Thariqah suniyah: karena mereka membawa jiwa untuk beramal dengan sunah yang suci- khusus masalah akidah dan ibadah- semaksimal mugkin sesuai kemampuan mereka.
3.      Hakikat shufiyah: karena memahami bahwa aspek kebaikan adalah kesucian jiwa, kejernihan hati, kontinyunitas amal, berpaling dari ketergantungan kepada mahluk, mahabbah fillah dan keterikatan kepada kebaikan.
4.      Hai’ah siyasiah: karena mereka menuntut perbaikan dari dalam terhadap hukum pemerintahan, meluruskan persepsi yang terkait dengan hubungan umat islam terhadap bangsa-bangsa lain diluar negri, mentarbiyah bangsa agar memiliki ‘izzah dan menjaga idenditasnya.
5.      Jama’ah riyadhiyah: karena mereka sangat memprhatikan masalah fisik, dan memahami benar akan sabda Rasulullah saw seorang mukmin yang kuat lebih disenangi Allah dari pada muslim yang lemah.
6.      Rabithah ‘ilmiyah tsaqafiyah: karena islam menjadikan Thalabul ‘ilmi sebagai kewajiban setiap muslim dan muslimah.
7.      Syirkah iqtishadiyah: karena islam sangat memperhatikan perolehan harta dan pendistribusiannya.
8.      Fikrah ijtima’iyah: karena mereka sangat menaruh perhatian pada segala penyakit yang ada didalam masyarakat islam dan berusaha mentrapi dan  berusaha mentrapi dan mengobatinya.
Konsep Pengkaderan
          A.    Hidayatullah
Konsep pengkaderan yang dilakukan oleh Hidayatullah terhadap para santri/kader-kadernya adalah melalui konsep Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW) yang tergambar dalam bentuk 5 surah yaitu: Al-‘Alaq, Al-Qalam, Al-Muzammil, Al-Muddatsir, Al-Fatihah yang di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ustadz Abdullah Said adalah pencetus manhaj SNW, beliau selalu menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai tolok ukur didalam menilai keberhasilan yang dicapai. Sehingga perjalanan kehidupan dan perjuangan Nabi Muhammadlah yang selalu menjadi standarnya. Pertanyaan yang selalu menyeruak dalam benaknya, “Mengapa Nabi Muhammad begitu cepat mencapai hasil sedang kita tidak. Dalam jangka hanya 23 tahun Nabi betul-betul dapat merampungkan hal-hal yang mendasar dalam perjuangan. Berhasil merubah peta sejarah. Berhasail merombak kultur jahili menjadi kultur islami. Kita sudah berapa kali 23 tahun, belum ada perubahan yang signifikan ke arah perbaikan yang kita buat. Padahal kalau berbicara tentang konsep perjuangan, bukankah Al-Qur’an yang digunakan Nabi Muhammad SAW masih itu juga yang ada sekarang? Tanpa perubahan sedikitpun. Kalau soal berpedoman kepada Al-Qur’an semua lembaga perjuangan Islam mengaku Al-Qur’an sebagai pedomannya. Lalu dimana letak masalahnya ?”
Ustadz Abdullah Said akhirnya mengambil kesimpulan sendiri bahwa rupanya letak kekeliruannya adalah pada cara mempelajari Al-Qur'an. Mungkin karena kita mempelajari Al-Qur’an tidak berdasarkan urut-urutan turunnya. Sehingga cara kita menyelami Al-Qur'an tidak sistimatis.
Ust. Abdullah said membagi Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW) kedalam dua kondisi yaitu kondisi pra-wahyu dan kondisi turunnya wahyu. Kondisi pra-wahyu diantaranya adalah yatim, keyatiman untuk pendidikan, mengembala, berdagang, ber-Khadijah, ber-Gua Hira’ sedangkan kondisi wahyu adalah 5 surah tersebut.


           B.     Ikhwanul Muslimin
konsep pengkaderan Ikhwanul Muslimin  berlandaskan pada kelima Doktrin mereka yaitu (1) Allah tujuan kami, (2)Rasulullah teladan kami, (3) Al-Qur’an undang-undang kami, (4)Jihad adalah perjuangan kami dan (5)Syahid dijalan Allah adalah cita luhur kami. Inilah yang dijadikan dasar dalam perjuangan baik dibidang politik, sosial, ekonomi,kebudayaan maupun pendidikan. Dasar dari pendidikan, konsep, akhlaq, fadhail, undang-undang, sistem, jaminan, nilai-nilai, dan perbaikan adalah Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya yang jika keduanya dipegang oleh umat maka tidak akan sesat selamanya.
Islam menurut pemahaman Al-Ikhwanul Muslimun adalah sistem yang mengatur segala urusan kehidupan berbangsa dan bernegara, mengatur hajat hidup manusia sepanjang masa, waktu dan tempat. Islam lebih sempurna dan lebih mulia dibanding perhiasan kehidupan dunia, khususnya pada masalah duniawi, karena Islam meletakkan kaidah-kaidah secara sempurna pada setiap bagiannya, memberikan petunjuk ke jalan yang lurus dijadikan sebagai manhajul hayat (life style), dipraktekkan dan selalu berada di atas relnya.
Jika shalat merupakan tiang agama, maka al-jihad adalah puncak kemuliaannya, Allah adalah tujuan, Rasul adalah teladan, pemimpin dan panutan, sedangkan mati di jalan Allah adalah cita-cita yang paling mulia.
Persamaan dan Perbedaan Hidayatullah dengan Ikhwanul Muslimin
Persamaan dari setiap Harokah Islam adalah mereka menginginkan agar kalimat Tauhid tegak dimuka bumi, nabi Rasulullah saw di jadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana Doktrin Ikhwanul Muslimin yaitu: (1) Allah tujuan kami, (2)Rasulullah teladan kami, (3) Al-Qur’an undang-undang kami, (4)Jihad adalah perjuangan kami dan (5)Syahid dijalan Allah adalah cita luhur kami.
Akan tetapi setelah saya membaca buku mengenai tokoh pendiri Hidayatullah dan Ikhwanul Muslimin ada pola pikir mereka yang sangat menarik, yang patut kita contoh dalam kehidupan sehari-hari, yaitu mereka berfikir untuk membuat sesuatu yang orang lain, jarang lakukan. Seperti Ust. Abdullah said yang berdakwah didaerah pedalaman disaat marak-maraknya para mubaligh yang berdakwah dilayar kaya televisi. Tanpa mengenal lelah dan rasa takut akan kehidupannya didaerah yang jauh dari perkotaan dan jauh dari listrik. Hasan Al-Banna pendiri Harokah Ikhwanul Muslimin, yang berdakwah dikafe-kafe disaat banyak para ulama yang berdakwah di atas mimbar dan jarang yang terjun langsung kelapangan.
Sedangkan perbedaan Hidayatullah dengan Ikhwanul Muslimin adalah dari sisi pengkaderan dan cara mereka berdakwah adalah Hidayatullah berdakwah melalui pembangunan pesantren-pesantren yang menjadi basis kekuatan umat dan menjadikannya sebagai pembentukan peradaban islam walaupun dalam bentuk minimalis, yang nantinya segala nilai-nilai islam diterapkan. Dipesanteren itu pula pembinaan kader-kader Dai dilakukan, yang mana nantinya para Dai tersebuat akan diterjunkan langsung kedaerah-daerah pedalaman yang hanya berbekal ridho Allah swt. Sedangkan ikhwanul muslimin berdakwahnya dipusatkan didaerah perkotaan dan instansi-instansi pemerintahan, mereka mengajak setiap orang islam untuk ikut serta berpartisipasi dalam membangun peradabab islam.
Sedangkan dilihat jangkauan dakwahnya Hidayatullah berdakwah masih sebatas daerah regional atau masih di Indonesia, sedangkan Ikhwanul Muslimin jangkauan dakwahnya sudah Internasional.

Struktur dan Mekanisme Kepemimpinan
A.       Hidayatullah
Pengurus Organisasi Tingkat Pusat terdiri dari Dewan Syura dan Dewan Pimpinan Pusat. Dewan Syura merupakan lembaga tertinggi organisasi, dipimpin oleh Ketua Dewan Syura yang sekaligus merupakan Imam bagi jamaah Hidayatullah, dengan sebutan Pemimpin Umum.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat dipilih lewat Musyawarah Nasional, dan Pengurus DPP disahkan oleh Pemimpin Umum di dalam Munas tersebut untuk jangka waktu 5 tahun.
Struktur di bawah Dewan Pimpinan Pusat (DPP) terdiri dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW/tingkat Provinsi), Dewan Pimpinan Daerah (DPD/tingkat Kabupaten/Kota), Dewan Pimpinan Cabang (DPC/tingkat Kecamatan), Pimpinan Ranting (PR/tingkat Desa/Kelurahan), Pimpinan Anak Ranting (PAR/tingkat RW/RT). Ketua Dewan Pimpinan Wilayah/Daerah/Cabang dipilih oleh Musyawarah di tingkat masing-masing dan disahkan oleh struktur di atasnya.
Jaringan kerja (networking) Hidayatullah (hingga Desember 2005) didukung dengan keberadaan 26 DPW dan 194 DPD, 51 DPD terdapat di Pulau Jawa dan 143 DPD ada di luar Pulau Jawa. Pada akhir 2006 direncanakan terdapat tambahan 66 DPD dan 4 DPW. Jumlah DPC, PR dan PAR tidak dicantumkan karena pertumbuhannya yang terus berubah.
B.       Ikhwanul Muslimin
Struktur kepemimpinan  Ikhwanul Muslimin terdiri dariketua dan lainnya, pola keorganisasian bersifat terbuka dan tersebar luas. Anggotanya tidak hanya dari orang-orang mesir saja, tetapi semua umat islam diberbagai daerah dan wilayah. Tumbuh dan berkembangnya jema'aah Ikhwanul Muslimin dengan berbagai dinamika pergerakannya baik dalam bidang dakwah maupun politik, tak heran jika jema'ah yang satu ini sangat berpengaruh terhadap laju perjuangan islam di berbagi penjuru dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri partai yang mengikuti jejak Ikhwanul Muslimin adalah PKS (Partai Keadilan Sejahtera).

Pola Pembinaan
Pola pembinaan yang dilakukan oleh Hidayatullah, bisa tergolong unik dan berbeda dari harokah lainnya. mereka mendirikan pesantren-psantren yangmana segala kehidupannya dibuat sedemikian rupa agar cocok dengan kebudayaan islam. nantinya dari pesantren-psantren inilah para santrinya dikirim kedaerah-daerah guna meluruskan agama islam yang telah jauh dari asalnya ( Rasulullah).
Sejak 1978 Hidayatullah telah melakukan pengiriman da’i ke seluruh Indonesia dan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah (STIEHID) di Depok, Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) di Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah (STISID) di Balikpapan sebagai lembaga pendidikan untuk pengkaderan da’i dengan memberlakukan beasiswa penuh (biaya pendidikan dan biaya hidup) bagi mahasiswa dengan pola ikatan dinas. Da’iinikemudianmendapatkantunjanganmaksimalhingga 3 tahunatausampaimerekamampumenjadipelakuekonomi di tempatnyaberada.
Mulaitahun 1998 lembaga pendidikan kaderda’i ini telah menghasilkan lulusan dan telah mengirim kanda’i keberbagai daerah terutama Indonesia Bagian Timurdan Tengah. Setidaknya setiap tahun, Hidayatullah mengirimkan 150 da’i keberbagai daerah di Indonesia dengan 50 di antaranya adalah lulusan strata satu dari lembaga pendidikan kaderda’i. Bukan hanya itu, Hidaytullah juga memiliki Pusat Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) adalah pesantren bagi anak yatim piatu. Ada lebih dari 200 Pusat Pendidikan Anak Shaleh (PPAS) dengan jumlah anak yatim piatu dan tidak mampu dimana setiap PPAS menampung sekitar 150 orang anak.
Sedangkan pola pembinaan Ikhwanul Muslimin yaitu melalui pengajian kepada keluarga-keluarga, tetangga-tetangga, masyarakat baru setelah cukup besar dan kuat mereka mulai berdakwah kepemerintahan.

3 komentar:

Yansya

terima kasih koreksinya

Anonim

Abdullah said membangun Hidayatullah menekankan manfaat nyata, tidak partisan ( menghindari konflik sesama muslim, bisa bekerjasama dengan pemerintah), tidak menekankan politik, tidak berpaham internasional. Bertindak sebagaimana Muhammadiyah di Indonesia.

Ikhwan sejatinya berpaham internasional, menekankan politik, namun bisa bertransformasi (partai) sebagai jalan, tidak fokus ke masalah2 nyata tapi ideologi.

Hidayatillah itu praktis dan manfaat, menekankan AMAL, sementara ikhwan itu politis ideologis.

Unknown

Klo boleh tau hidayatullah dan muhammadiyah sama atau tidak?

Posting Komentar

 

Absen Pendatang